Sabtu, 09 Februari 2013

The Story of Clara 1







Nama : Clara Florenna
Pekerjaan : Owner Homestay
Hobi : Travelling

Dilahirkan sebagai keturunan Sunda-Belanda, menjadikan Clara dipuja-puja banyak orang. Sekilas wajahnya memang bak selebriti,ditambah dengan penampilannya yang stylish banget.

Awalnya sih, aku rada nggak percaya dengan apa yang ku lihat dan apa yang ku dengar. Seharusnya gadis secantik dia, bisa kok mendapatkan lelaki tampan diluar sana. Menurut aku ya rugi sendiri, kalau nggak bisa memanfaatkan kecantikannya ke arah yang baik dan benar. Oke, aku sebagai penulis dan pendengar cerita mereka, di sini nggak mau menyalahkan masa lalunya. 
Clara memang terlahir sebagai keluarga brokenhome dan haus kasih sayang. Bodohnya, dia justru mengalihkan rasa 'kesepiannya' dengan pergi ke ladies night party setiap malam kamis di wilayah tempat ia tinggal. Di sebuah pub yang sering Clara kunjungi itulah, ia bertemu dengan Tilla.

Tilla sebenarnya sudah lama mengincar Clara, apalagi Clara selalu berpakaian mewah dan glamor ke setiap malam ladies. Tilla adalah salah satu gadis penggila harta. Dalam arti, dia rela membuat siapa saja yang sedang rapuh untuk dimanfaatkan hartanya. (Semacam ayam kampus tapi yang diincer malahan wanita. Dan nggak bisa disebut ayam kampus juga karena pada saat itu dia masih sekolah). Clara tidak lepas dari itu. Semakin lama, semakin hari Tilla kian dekat dengan Clara dan menjadikan Clara tak bisa jauh-jauh Tilla. Tilla benar-benar butuh uang, karena dengan mantan pacar yang sebelumnya dia ketahuan selingkuh dan mantannya tentu saja nggak mau meminjamkan uang. Curhatlah Tilla pada Clara, bahwa dia benar-benar butuh uang dengan jumlah yang nggak sedikit.

C : Buat apa uang sebanyak itu? 


T : Aku punya hutang yang banyak sama rentenir. Aku stress banget.
C : Kenapa nggak pinjam sama pacar kamu yang lain?
T : Apaan sih kamu, pacarku cuman kamu!
C : Kamu kira aku nggak tahu kalau kamu selingkuh?
T : Kamu jangan ngajak berantem saat aku lagi begini dong,
C : Siapa yang ngajak berantem? Geer banget.
T : Terus sekarang mau kamu apa? Kita putus?
C : Segampang itu ngomong putus?
T : Lha, habis kamu maunya apa?
C : Kenalin aku sama pacar kamu itu,
T : "..."
C : Kok diam? Mau gue kasih uang nggak?
T : Sebenarnya kamu ngomong apaan sih? aku nggak ngerti.
C : Kita sama-sama sudah gede. Nggak usah munafik dan berpura-pura gitu deh,
T : Terus kalau sudah ketemuan, kamu mau ngapain? Mau tampar-tamparan gitu ya di depan umum?
C : Gila aja, wanita terhormat seperti aku melakukan hal yang murahan begitu.
T : Janji dulu, kamu nggak melakukan hal yang murahan?!
C : Iya. Aku hanya ingin berkenalan. Hitung-hitung buat koleksi teman. Kalau kamu keberatan, kamu nggak dapat uang!
T : Kamu selalu ngancem pakai uang... 
C : Itu kan kelemahanmu? hehehe
T : Bisa ketawa ya kamu sekarang?! Sayang, kamu kok bisa setenang ini sih? kamu marah ya sama aku?!
C : Marah sih marah, tapi aku nggak mau cari ribut sama kamu. Capek. Pokoknya sekarang kamu telpon dia dan ajak ketemuan malam minggu besok. Titik.







To Be continued





All right reserved
Writer by Theasandria
Based on true story of Clara.