Kamis, 26 Februari 2009

black out...

lagi...lagi...black out...
lagi...lagi... nge blank...

Kamis, 19 Februari 2009

prolog (the secret of helena)

SATU

(Kenalan dulu yuk!)

Icha...mutiara terpendam dari benua etam.

Pagi itu. Icha duduk bermenung di bawah pohon. Sebatang pohon ketapang yang rindang meneduhinya. Tepat di depan pohon itu ada sebuah gedung volli tua. Bangunan tersebut tidak terlalu besar. Kosen pintunya sudah pada rusak. Teralisnya juga sudah berkarat, cat gedungnya pun pecah-pecah. Di sanalah tempat sehari-hari ia menghabiskan waktunya latihan. Ia memerhatikan gedung itu dengan iba. Dan dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Entah mengapa, pagi-pagi buta icha merasa kangen dengan gedung itu. Padahal baru kemarin sore dia latihan. Icha menyempatkan diri kesana sendirian. Dia mencemaskan gedung itu. Memang sih masih layak pakai. Tapi tetap saja ia menginginkan gedung tersebut di renovasi. Atau paling nggak, kosen pintunya di ganti yang baru. Sampai detik ini tak ada yang mau perduli dengan gedung tua ini. Sangat menyedihkan.

Icha sudah menggeluti dunia volly sejak kelas 4 SD. Tentu saja, gedung volli itu sudah ada. Entahlah dari tahun berapa gedung tersebut di buat. Ia tak berani menafsirkannya. Menurut cerita ayah, saat beliau masih bujang juga sudah ada. Ya ampun! Sudah sepatutnya di renovasi’kan?

Sudah hampir dua jam icha meratapi gedung tempatnya latihan itu. Ia melirik jam tangan dan mendesah. Jam delapan lewat. Begitu cepat waktu berlalu. Kalo hanya meratapi nasib seperti ini memang tak ada guna. Ia mengigit bibir dan tak habis pikir kenapa gedung ini di acuhkan. Apa sih salahnya gedung ini? kenapa tak ada yang mau mengasihani gedung ini.

Selvi...

Anak taekwondo yang nekat masuk volli, dengan alasan karena rasa sakit hati. Sudah tiga tahun belakangan fokus di dunia volli. Menurutnya volli bisa membalas rasa sakit hatinya. Tidak terlalu jelas siapa yang membuatnya seperti itu. Masalahnya, dia juga nggak jelas!

Sebenarnya ia baik hanya saja sedikit cuek dan bawaannya curigaan mulu. Di lihat secara fisik sebenarnya nggak ngebosenin. Tapi karena jutek, kharismanya jadi ilang.

Kalo di tanya, siapa sih yang nggak mau berkenalan dengannya?! Topser andalan team sumber mas gitu lho. Namun karena sikap ”anehnya” itu ia ”di segani”. Kesannya sombong dan angkuh. Orang yang pengen berkenalan dengannya mendadak takut. Habisnya ia selalu negative thinking. Seolah-olah orang yang mau dekat dengannya, mau memanfaatin dia.

Beberapa waktu lalu, ada seorang cewek yang minta photo bareng. Pada saat itu selvi berada di ruang ganti dan siap-siap mau bertanding. Kebetulan di ruang ganti itu dia sendirian.

”nggak usah minta photo-photoan segala! Gue bukan artis kali! Sana pergi! Berani banget masuk-masuk ruang ganti pemain.” ketusnya blak-blakan.

Cewek itu merengut sejadi-jadinya. Namun ia sempat memaki selvi sebelum keluar dari ruangan itu.

”ih nyantei aja dong!. Kalo nggak mau di photo, ya udah! Nggak usah galak-galak kali. Pantesan, nggak ada cowok yang mau sama elu!”

Lantas selvi langsung menendang lemari besi di dekat pintu. Yang letaknya tidak jauh dari jangkauannya. Bruaakk!!! Bunyi bertalu-talu di segala penjuru ruangan. Dan cewek itu, lari terbirit-birit keluar.

Icha yang tidak jauh dari lokasi itu langsung menghampiri selvi yang bermuka mendung.

”kenapa vi?!”

”ada orang gila masuk sini!”

”cewek yang tadi?” Tanya icha lagi.

”ya siapa lagi!”

Icha membelalak taktis”itu anaknya pak edi. Pelatih kita!” Namun selvi biasa-biasa saja menanggapinya.

”mau anaknya pejabat kek, mau anaknya pelatih kita kek! I dont care... ”

Calon dokter yang gilaaa!!!

Siang itu, di tempat yang berbeda, aryo seorang mahasiswa kedokteran sedang heboh menonton pertandingan bulutangkis di TV. Aryo bela-belain nonton di rumah temannya dekat kampus. Seakan-akan aryo bisa mati penasaran kalo tidak menyaksikan dede di layar kaca.

Dede itu nggak kalah hebat dari taufik hidayat, bro!. Sehingga ia tak mau ketinggalan melihat aksi idolanya itu. Ada yang kurang kalo tidak melihat dede. Padahal hari itu jadwalnya sedang padat-padatnya!. Secara, calon dokter gitu lho!

Yang punya rumah alias temannya itu menggedor-gedor pintu rumah dengan tangkas. Sebelumnya ia sudah mencoba membuka pintu. Tapi nggak bisa! Rupanya pintu itu di kunci aryo dari dalam. Terpaksa temannya harus teriak-teriak dari luar.

”woii! Cepat balik woiii...dosen killer mau masuk kelas woiii”

Mata aryo tetap saja tertuju pada pesawat televisi. Ia tak mengindahkan ucapan temannya. Dan tak membiarkan temannya masuk ke dalam rumah. Rumah yang tidak begitu besar itu menjangkau suaranya hingga keruang tengah.

”biarin woiiii”

”yakin!?”

”yakin woiiii”

”ya udah! Jangan salahin aku kalo ntar di cariin dosen!”

Helena... sang miss crazy

Matahari di siang itu, membuat helena enggan pergi keluar rumah. Kebetulan hari ini ia tidak ada mata kuliah. Jadi dia menghabiskan waktunya di rumah. Iseng-iseng ia mengeluarkan gitarnya yang sudah lama di simpan di gudang. Dia menatap gitarnya sambil menerawang. Sudah lama banget tidak megang gitarnya lagi. Terakhir main, dua tahun yang lalu.

Di serambi rumah ia memetik gitarnya dengan terampil. Duduk di atas kursi yang terbuat dari rotan. Segelas jus mangga dan buku lagu menemaninya. Rambut panjangnya ia ikat sekenanya. Sesekali rambut yang tidak terikat, melayang tertiup angin. Tetangga sebelah rumahnya heran melihatnya. Selama helena tinggal di sana, dia tak pernah kelihatan memegang gitar.

Apalagi potongan style-nya bukan dari kalangan musisi tapi pelajar. Helena lebih sering terlihat asyik membaca buku di banding dengerin musik. Otomatis itu membawa daya tarik tersendiri bagi tetangga sekitar rumahnya. Termasuk seorang cowok yang kebetulan melintas di depan rumahnya.

”Itu kamu yang main len!” Tanya tetangga dekat rumahnya itu yang kebetulan seusia dengannya.

Helena mendongak lantas menghentikan sejenak petikan gitarnya. Helena terkekeh. ”Eh..Kita main bareng yuk, punya gitar’kan?”

”Ngeledek ya! Saya nggak bisa main gitar kali!”

”ahh masa sih!? Kemarin aku liat kamu ada bawa gitar.”

”ya cuma bawa doang. Lagian bukan gitar saya itu.”

”kayaknya hampir semua cowok itu bisa deh main gitar. Jangan suka ngerendah gitu.”

”tapi cowok yang satu ini benar-benar nggak bisa! Sudah tua juga belajar.”

”bisa aja kamu. aku sebenarnya baru-baru juga lho!”

”di butuhkan waktu bertahun-tahun untuk belajar teknis yang kamu mainkan tadi. Pasti dulu kamu sempat nge-band juga’kan?. Kelihatan-lah orang yang terampil dan tidak. Biar gini-gini saya pengamat musik juga.”

Cowok itu nge-request lagu munajat cinta dari the rock. Helena menjabanin keinginan tetangganya itu. Mereka bernyanyi bersama-sama. Asyik, seru dan fun!. Siang yang standar tadi menjadi indah. Rasa kesepiannya pun menghilang. Orang tuanya sedang berlibur di balikpapan. Baru pulang minggu depan. Rupanya gitar telah membuatnya menjadi ceria kembali. Betapa ampuhnya gitar ini. Obat mujarab bagi mereka yang suntuk dan hambar. Seperti helena sekarang.

Nggak lama cowok tadi pergi berpamitan. Icha melintas di depan rumahnya. Helena sempat ragu, tapi ia hapal body icha yang atletis dan kepangan kuda di kepalanya. Apalagi tak lupa membawa tas selempangan vollinya.

”icha!” panggil helena dengan suara serak. Bukan karena tipe suaranya yang serak, tapi kebanyakan nyanyi. Icha berhenti dan tersenyum sekilas padanya.

”Dari mana? Nggak bawa motor?”

Helena membuka pagar rumahnya dan menyuruh icha untuk mampir sebentar. Sudah 3 hari ini mereka tidak pernah bertemu. Asyik dengan kegiatan masing-masing. Helena dengan kuliahnya. Dan icha jadwal sibuk latihannya. Apalagi icha sembari kerja part time sebagai karyawati sebuah warung makan.

”habis makan bakso di tempatnya cak tarjo. Motorku lagi di bengkel, biasa-lah motor tua! Hehehe”

”halah! Habis makan bakso gimana! Bilang aja sudah jadi karyawannya cak tarjo!”

”Ah jangan gitu dong. Jadi malu”

Helena penasaran dengan kecintaan sahabatnya itu pada volly. Terbesit di hatinya, Apa sih yang membuat icha sebegitu tergila-gilanya pada volly? Ada rasa pengen sesekali ngeliatin icha latihan.

Apalagi melihat semangat icha yang menggebu-gebu ketika nyeritain tentang volly. Terlihat icha benar-benar mendedikasikan hidupnya untuk volly. Sudah 2 tahun helena tinggal di samarinda, tapi dia nggak pernah ngeliat icha latihan. Dan dia berencana mau melihat icha latihan besok.

” baru dapat ilham dari mana kamu?”

”lho kok ngomong gitu sih. Emangnya salah!?”

Icha masih dengan tertawa ngakaknya. Dan helena menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Bukan kotembe-an, tapi bingung.

”kenapa nggak ikut main aja?”

Helena melongo ”Tapi aku nggak bisa main. Lagian main volly itu sakit. Mendingan jogging aja kali!.”

Helena membayangkan kalo tangannya pasti akan merah-merah karena menampar bola.

”ya pokoknya kamu harus ikut main. Titik!” desak icha.

”ihh kok maksa!”

”mau nggak?!

Keesokkan harinya...

Akhirnya helena mengiyakan kemauan sahabatnya itu. Sepatu dan celana, icha pinjamkan. Bukan karena helena orang yang nggak punya. Dia lebih suka membelanjakan uangnya untuk beli komik. Di dalam kamarnya ada lemari khusus untuk menyimpan semua komiknya. Benar-benar penggemar berat komik buanggett. Hiasan kamarnya full dengan hal-hal berbau jepang.

Poster besar cardcaptor sakura terpampang apik di pintu kamarnya. Selain itu ada one piece, doraemon, tokyo mew-mew juga turut melengkapi isi kamar(Dan komiknya!). Dia juga punya koleksi baju kimono. Pokoknya jika ingin tau lebih banyak tentang jepang, tanya helena. Di jamin tajam dan terpercaya. Kayak slogan acara berita aja ya hehehe.

Selain komik, helena juga cinta gitar. Kadang icha suka minta di lajarin main gitar. Memang nggak sehebat helena, tapi setidaknya icha bisa. Icha sempat kaget waktu di ajak helena main kerumahnya. Ada photo helena and the band! Ada photo dede pula di sana!

Pemain bulutangkis itu ternyata dulu anak band! Yang lebih mengejutkan lagi, Si Helena, mantan pacarnya dede!.

****

Helena celingak-celinguk saat ngeliat icha main. Ia hanya bisa terdecak kagum padanya. Wahh...ternyata dia baru tau kalo icha sangat hebat. Kenapa orang sehebat ini nggak masuk pelatnas aja sih? Helena tak habis pikir, ternyata kalimantan memiliki bibit unggul seperti icha. Icha terlihat nggak capek, saat ngajarin helena yang nggak bisa-bisa. Justru icha malah nyemangatin.

”Besok main lagi, Biar cepat bisa. Okay?” Ajak icha dengan wajah sumringah. Sembari mengobrol, icha mengambungkan bolanya ke angkasa. Nyaris menyentuh atap gedung! Gila euyy! Helena menatap bola itu takjub.

Helena menjawab ajakan icha dengan pasrah. Sembari menatap bola, yang jatuh sempurna di tangan icha.

”terserah kamu aja deh. Atur aja”

”kok lemes gitu jawabnya.”

Icha mendesah pelan. Bola yang kini di tangannya, ia lemparkan ke helena. Helena blingsatan setengah mati mengambil bola. Padahal bola itu di lempar pelan oleh icha. Tangkapan yang tidak profesional dari helena. Maklum saja, ini adalah kali pertamanya dia main voli.

”Ayo kita passing lagi!” Ajaknya.

”Kalo nggak bakat, ya nggak bakat aja cha.”

Helena ciut. Sedari tadi dia salah mulu, membuatnya kian surut dan berputus asa. Tapi bukan icha kalo tidak bisa bikin orang semangat.

”aku nggak bakat main gitar. Tapi buktinya aku bisa walaupun nggak hebat kayak kamu.”

”ya beda-lah...”

”apanya yang beda?”

”ya beda aja pokoknya.”

Helena berpikir sejenak lalu mengalihan topik pembicaraan. ”Eh...Dengar-dengar dua bulan lagi ada pertandingan di balikpapan ya?”

”Iya”

”sumber mas ikut dong?”

”maunya sih gitu! Tapi nggak taulah, nggak ada biaya kesana. Pemkotnya sibuk ngurus pilkada hehehe” Celetuk icha terkekeh.

Sembari mengerjapkan matanya, helena berantusias.

”Kamu pemain berbakat cha! Team-mu pasti menang! Selvi itu juga keren, walau nyebelin. ”

Icha tersenyum tipis menanggapinya.”thanks. Tapi lu juga hebat! Sebaiknya lu kembali nge-band lagi aja”

”Ahh itu masa lalu.”

”Pokoknya kamu harus ke balikpapan cha. Kalo berhasil menang, bisa ikut superliga di bandung. Masalah nggak ada biaya itu belakangan cha!”

”Andai aja bisa benar-benar kesana?! Lihat aja gedung kami yang tak terurus ini. Bikin sakit hati aja mikirinnya”.

Helena menatap ke langit-langit gedung. Masih kokoh namun sangat memprihatinkan. Dinding-dindingnya yang retak merayap. Cat-nya sudah banyak mengelupas. Bangku tempat mereka beristirahat juga usang. Pintu tempat ruang ganti pada jebol. Pintu toiletnya pun harus susah payah untuk menutup dan membuka.

Seakan-akan kalo gedung ini manusia. Usianya telah masuk usia senja. Anehnya mereka betah berlama-lama latihan disini. Sumber mas memang masih dalam itungan club terbelakang. Dan memang sempat terkena masalah juga.

Berdasarkan pengamatannya ada kuda hitam di sini. Selvi, Walaupun jutek tapi dia pemain bagus. Berulang kali helena melongo tegang melihat aksinya. Begitupula sahabatnya sendiri. Baginya mereka seperti pemain voli berkelas nasional.